Beritahariankaltim.com, SANGATTA – Pengelolaan padi tentu tidak terlepas dari banyaknya masalah, mulai dari hama, hingga aliran air yang kurang.
Di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) sendiri ternyata juga tidak lepas dari permasalahan tersebut, meski terkenal dengan luasan lahan sawah yang dimiliki.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kutim, Dyah Ratnaningrum mengatakan beberapa sawah di Kutim masih menggunakan metode tadah hujan.
“Kenapa masih ada, karena kadang ada lahan sawah, tetapi tidak ada sumber air nya, itu masih jadi kendala buat kita pada sektor pertanian,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, pihaknya bersama bupati dan wakil bupati berkunjung ke Desa Sekerat yang ada di Kecamatan Bengalon.
Terdapat kurang lebih 61 hektar sawah namun terkendala jaringan irigasi, padahal terdapat sungai yang mampu menghidupi lahan tersebut.
“Jalur irigasinya belum ada, kita suruh PPL nya kesini dan diminta membantu kelompok tani membuat proposal pengajuan,” terangnya.
Jalur irigasi merupakan jalan air dari sungai menuju satu tempat tertentu, yang dalam hal ini akan dialiri ke sawah-sawah tersebut.
Karena jaringan irigasi yang diperlukan yakni sekunder maka pengerjaan nya akan di tangani oleh Dinas Pengerjaan Umum (PU).
“Kalau yang tersier itu yang masuk ke sawah-sawah, kalau primer kan bendungan, yang tersier inilah yang menjadi ranah kami setelah PU,” paparnya.(adv)